Budaya, Bahasa, dan Metafora - Bagian #2

 Halo, Frasaders!
Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya, yakni Budaya, Bahasa, dan Metafora - Bagian #1

Skema Language of Thought Model

Satu cara yang digunakan untuk memikirkan tentang pengetahuan dalam kepala kita adalah dengan menggunakan metafora bahasa. Metafora memberi kesan bahwa ketika kita mempelajari sesuatu terdapat sebuah kalimat dalam kepala kita yang merepresentasikan pengetahuan itu. Metafora diibaratkan sebagai sebuah neuron yang menempati sebuah layer, yang kemudian dapat bertumbukan dengan metafora lainnya.

Neural metaphore digunakan untuk menggambarkan pengetahuan. Seperti halnya neuron, pengetahuan bekerja dalam jaringan yang terhubung pada unit-unit proses sederhana. Lapisan Sensory Neurons, diaktifkan oleh particular features of the world (seperti Bau asap rokok)Lapisan Motor Neurons dihubungkan pada otot dan kelenjar sel untuk mengirim sinyal yang kemudian menuntun pada tingkah laku dan perasaan. Lapisan Interneurons, mengombinasikan sinyal dari sekitar 100.000 neuron lainnya dan belajar untuk bertindak  lagi pada kombinasi kompleks yang istimewa. Pengetahuan yang direpresentasikan melalui metafora itu dapat terdiri dari banyak metafora yang kemudian saling bertumbukan dalam suatu layer yang sama kemudian membentuk suatu metafora baru yang menggambarkan suatu kebudayaan. Proses tersebut digambarkan dalam dua teori yakni metafora bahasa (sebagai proses simbolik) dan metafora neural (sebagai connectionist).

Seperti halnya metafora “cinta sebagai sesuatu yang manis” menggambarkan pengetahuannya melalui pilihan kata-kata seperti ”I love my honey”, “she’s my sweetheart”, dll. Metafora tersebut tidak hanya terdapat dalam kebudayaan masyarakat Inggris tetapi juga di Changa, sebagai bahasa di Tanzania, menggambarkan cinta sebagai suatu makanan yang manis “sweet food”, sehingga terdapat bentuk “does she taste sweet?”, “she tastes sweet as sugar honey” (Emantian 1995: 168). Metafora-metafora tersebut mewakili budaya yang ada pada masyarakat yang menggambarkan suatu perasaan cinta sebagai sesuatu yang baik, manis, dan menyenangkan. Setiap budaya memiliki peribahasa, aphorisms, dan tuturannya sendiri, terbangun melalui kode etnik yang kemudian disebut dengan “folk wisdom”.

Metafora digunakan oleh masyarakat sebagai bentuk komunikasi yang kemudian membentuk pola makna tersendiri, satu metafora dapat menunjukkan makna yang lain, dan satu metafora dapat ditunjukkan melalui makna yang lainnya pula. Keberadaannya sangat dipegaruhi oleh keadaan situasi. Sehingga, mempelajari metafora adalah hal yang penting dalam mempelajari kebudayaan.

 

 

Komentar